Melihat sistem syariah lebih adil dan memiliki tujuan mulia, CEO
Pracico Multifinance Tedy Agustiansjah mendirikan Unit Usaha Syariah
(UUS) Pracico Multifinance yang mulai beroperasi pada 2014. Mencoba
untuk menjalankan islamic banking dengan benar, Pracico Syariah tidak
menjalankan utang piutang.
Perusahaan ini juga enggan berkamuflase menggunakan tameng syariah. Termasuk juga, tidak meminjam uang dari lembaga keuangan dan meminjamkan lagi pada nasabah yang jelas bukan mekanisme keuangan syariah. Untuk pembiayaan pun, perusahaan sesedikit mungkin mendapat pembiayaan dari perbankan, bahkan menghindari.
Ditemui bersama sahabatnya yang menjabat sebagai Vice President Pracico Syariah, Djamil Hasyim,
Tedy Agustiansjah berbagi cerita mengenai keinginannya untuk menjalankan prinsip keuangan syariah yang benar.
Bagaimana awalnya bisa masuk pada segmen pemerintah?
Pada 1997 Pracico Multifinance dipercayai Pemerintah DKI Jakarta yang disokong Bank Dunia untuk mendukung kebersihan Ibu Kota dengan menyediakan truk sampah. Dari sana, banyak pengalaman dan relasi yang diperoleh. Setelah program Bank Dunia selesai, muncul ide untuk memiliki program serupa yang sifatnya lokal untuk mendukung program pemerintah.
Karena berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan maka armada pengangkut sampah yang tua harus diremajakan. Kontraktor armada pengangkut sampah bisa melakukan peremajaan berkala dan tepat waktu. Dari sana, mulai terbentuk pembiayaan armada pengangkut sampah mulanya.
Saat Pemerintah DKI Jakarta mulai menjalankan program Transjakarta, Pracico juga ikut terlibat dalam pengadaan unit bus. Termasuk, mengatur skema pembiayaan kepada operator Transjakarta.
Transjakarta adalah transformasi dari moda transportasi tradisional tua dan kurang tertib menjadi sistem yang lebih baik. Itulah kesempatan untuk mengembangkan bisnis unik ini, di mana tidak semua perusahaan pembiayaan paham cara berhubungan dengan pemerintah.
Pracico Multifinance menjadi pionir pembiayaan Transjakarta karena saat itu belum ada bank yang mau terlibat dalam program baru semacam ini. Apalagi, bus berbahan bakar gas yang kurang umum bagi kebanyakan kendaraan saat itu. Dari sini, usaha berkembang ke kota lain.
Bagaimana bisa terhubung dengan Bank Dunia?
Mungkin, awalnya Bank Dunia melihat Jakarta yang pengelolaan sampahnya kala itu, 1997, masih awam. Padahal, Jakarta akan berkembang pesat. Pinjaman lunak dari Bank Dunia bertujuan agar para kontraktor bisa meremajakan armada angkutan sampah sehingga sistem kebersihan kota lebih baik. Kondisi truk yang tidak bagus tidak hanya berdampak untuk lalu lintas, tapi juga kesehatan.
Setelah itu, Bank Dunia memalui Pemerintah DKI Jakarta mencari lembaga keuangan yang bisa mengeksekusi program ini. Ini lebih mudah dibanding Bank Dunia sendiri yang melakukan.
Sulitkah berhubungan dengan birokrat?
Kalau tidak punya pengalaman memang agak sulit. Tapi, karena Pracico Syariah di bawah induk Pracico Multifinance, sudah punya pengalaman dan sudah dikenal dengan spesialisasinya, hubungan dengan pemerintah jadi lebih mudah. Pengalaman 20 tahun ini membuat Pracico Multifinance banyak belajar dan sejauh ini tidak ada masalah dengan klien-klien pemerintahan.
Apa yang menarik sampai Pracico Multifinance membuat pembiayaan syariah melalui UUS Pracico Syariah?
Kami mau menjalankan Islamic banking dengan benar. Pracico Syariah tidak menjalankan utang piutang, kami tidak juga tidak berkamuflase menggunakan tameng syariah. Kami hanya akan menjalankan kaidah-kaidah syariah murni. Jika skim pembiayaan tidak cocok dengan klien, kami ajukan skim ijarah (sewa) saja yang lebih mudah dan dipahami.
Pracico Syariah tidak melakukan leasing, tapi menyediakan armada yang dibutuhkan pemerintah daerah dan menyewakannya. Saat pemerintah daerah tidak lagi berminat, kendaraan bisa dikembalikan. Pracico Syariah mempertemukan investor dengan pihak yang membutuhkan atau Pracico Syariah mendapat dana dari investor dan dana itu diinvestasikan dalam armada.
Pracico Syariah sendiri mendapat dana jasa pengelolaan. Ini mekanisme syariah yang benar dan kami pegang. Kami tidak meminjam uang dari lembaga keuangan dan meminjamkan lagi pada nasabah, itu jelas bukan mekanisme keuangan syariah.
Investor dari mana? Apa termasuk perbankan?
Investor bisa individu, korporasi, yayasan, atau yang lain. Dana investor diinvestasikan sesuai keinginan investor. Saat ada pemerintah atau satu pihak yang mengajukan pengadaan armada angkutan sampah atau transportasi masa, Pracico Syariah menawarkan pada investor. Bagi hasilnya dibicarakan dan akad dibuat sesuai kesepakatan.
Pracico Syariah sesedikit mungkin mendapat pembiayaan dari perbankan, bahkan menghindarkan. Jika perbankan mau bekerja sama dengan prinsip syariah murni, Pracico Syariah terbuka untuk itu. Tapi, kalau kembali pada pola utang piutang, kami tidak mau.
Berapa besar minimal investasi jika investor tertarik?
Tentu bukan angka kecil, sebab satu unit truk sampah dan bus ukuran sedang saja harganya saat ini masing-masing Rp 600 juta dan bus besar Rp 1,2 miliar. Dana yang disiapkan investor bergantung berapa unit kendaraan yang dibiayai. Saat ini, rata-rata investor berivestasi untuk lebih dari 10 unit kendaraan. Tapi, Pracico Syariah juga tidak menutup kemungkinan jika investasi untuk lima unit.
Bagaimana Pracico Syariah menyesuaikan dengan pola pencairan dana pemerintah yang berbeda dengan korporasi swasta?
Awal Pracico berhubungan dengan pemerintah, memang terasa tata bayarnya berbeda, tapi pasti. Sehingga, Pracico hanya tinggal mengatur keuangan sehingga cocok dengan sistem anggaran pemerintahan. Ada beberapa juga BUMN yang pembayarannya tepat waktu dan tidak terpengaruh sistem anggaran.
Pracico juga terus mengenalkan diri ke pemerintah daerah. Selain itu, BUMN dan BUMD, seperti DAMRI, PT Pos Indonesia, dan tangki operator Pertamina merupakan klien Pracico Syariah.
Ekspansi ke mana saja?
Program dengan Pemerintah Daerah Pekan Baru sudah berjalan. Sedang mengupayakan untuk bisa masuk ke Kota Padang. Pracico Syariah juga menawarkan ke Bogor, Bandung, dan Bali. Kami siap untuk kota-kota yang memerlukan bus transkota. Tidak harus baru, sifatnya tambahan armada pun Pracico Syariah membantu.
Ekspansi ke kota lain di luar Jawa dan Sumatra masih memungkinkan karena program angkutan massa yang laik ini pun didorong pemerintah pusat.
Pada 2020 diprediksi 57 persen penduduk ada di kota. Jika kota tidak siap dengan transportasi massa dan angkutan sampah, mau jadi apa kota itu? Karena itu, Pracico fokus pada infrastruktur kota untuk angkutan massa dan sampah. Karena, ini dua elemen yang sangat dibutuhkan.
Pracico Syariah muncul di tengah lesunya kondisi ekonomi nasional. Bagaimana melihat prospek ke depan?
Djamil: Terpilihnya presiden dan terbentuknya pemerintahan baru memunculkan optimisme. Dukungan perkembangan sektor keuangan, terlebih pencanangan 2015 sebagai tahun ekonomi syariah. Indonesia juga diprediksi akan menjadi negara ekonomi besar.
Dengan segala potensi ini, Pracico Syariah yakin bisa masuk dan berkembang di industri keuangan syariah. Dalam lima tahun ke depan, Pracico Syariah akan siap menjadi perusahaan sendiri setelah spin off.
Apa yang menarik dari skim syariah?
Djamil: Ini baru untuk masyarakat, sehingga belum semua paham. Tapi, ada kewajiban untuk memahamkan masyarakat menganai konsep syariah yang benar. Bicara bisnis syariah, untung dan rugi ditanggung bersama. Ada keadilan di sana. Ini yang membuat negara-negara Barat saat ini juga mulai menerapkan konsep syariah.
Memang butuh waktu untuk mengedukasi masyarakat. Ini tantangan kita bersama. Alhamdulillah, belakangan masyarakat yang tertarik begitu dijelaskan seperti apa konsep bisnis syariah.
Industri pembiayaan syariah tergolong muda, ada cara khusus mempelajarinya?
Banyak buku teks yang bisa dipelajari, tapi pengalaman sangat berpengaruh. Harus paham profil bisnis, mitigasi risiko, dan kemampuan mencari jalan keluar sehingga investor tidak dirugikan. Semua ini didapat dari pengalaman.
Djamil: Karena latar belakang pekerjaan di bank konvensional, saat masuk dan bekerja di industri keuangan syariah, memang harus belajar. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah menyiapkan aturannya. Mereka selalu berkoordinasi dengan DSN MUI. Memang butuh waktu untuk mendalami dan mengenal istilah-istilah syariah.
Tidak terlalu sulit dipelajari karena banyak kesamaan dengan konvensional. Saya juga sudah mengenal keuangan syariah saat masih bekerja di Bank DKI, menarik. Jika ada hal-hal baru yang berkembang di industri, industri punya OJK dan MUI untuk bertanya dan memberi arahan yang sesuai syariah.
Bagaimana memenuhi syarat minimal modal Rp 100 miliar untuk perusahaan pembiayaan, seperti ketetapan regulator?
Sistem syariah itu bagus karena investor yang datang bisa sebagai pemegang saham atau investor program. Dari sana, modal bisa dikumpulkan. Spirit ini tidak ada di konvensional yang pinjam uang dan meminjamkan uang. Kami mau menjalankan syariah dengan benar.
Seharusnya, tidak ada kredit macet dan kerugian total dalam keuangan syariah. Jika tidak mau lagi sewa, klien bisa kembalikan kendaraan. Kendaraan yang kembali bisa disewakan ke tempat lain. Jika sudah saatnya peremajaan, bersama investor dibicarakan akan diapakan kendaraan yang kembali atau diremajakan.
Karena itu, tidak ada kerugiaan total, hanya berkurang nilai. Jika dirawat baik dan diasuransikan, kondisi kendaraan terjaga. Ini juga bagian manajemen risiko yang dilakukan.
Kinerja hampir enam bulan 2015?
Sedang persiapan pengadaan armada bus untuk Kota Pekan Baru dan Padang, pembiayaan sudah mencapai Rp 100 miliar. Harapannya, target pembiayaan Rp 200 miliar bisa tercapai hingga akhir tahun ini. Anggaran pemerintah berbeda. Tiap tahun, kami sudah tahu mana yang harus disiapkan.
Ada rencana untuk pembiayaan usaha kecil?
Djamil: Kelak, akan ada porsi pembiayaan UKM. Sudah ada BMT-BMT yang datang, tapi masih kami diskusikan. Kami ingin saat nanti program ini berjalan dampaknya positif.
Ada BMT yang memiliki anggota dan dibina dalam kelompok-kelompok pengajian. Ada unsur pembinaan agama, sehingga mereka paham untuk tidak menyelewengkan amanah. Karena ini komunitas, mereka akan tersingkir jika tidak bisa kooperatif dengan sistem yang dibangun bersama.
Ini sudah dijalankan salah satu BMT di Tangerang dan NPF mereka tidak sampai satu persen. Jika anggotanya gagal bayar karena faktor di luar kesengajaan, anggota ini dihapuskan bebannya.
Rencana lima tahun ke depan?
Pada 2015 kami rencanakan Pracico Syariah bisa spin off. Dalam lima tahun ke depan kami menargetkan untuk melayani 15 kota yang sudah memiliki embrio moda transportasi masa bus rapid transit. Saat ini, sudah di Jakarta dan Pekan Baru, menyusul beberapa kota lain, seperti Padang, Bogor, Bali, Semarang, dan lain-lain. Dari sana, baru ada pendekatan untuk angkutan sampah. Sehingga sampah bisa lebih terorganisasi. n ed: mansyur faqih
***
Bermula dari Lapangan Golf
Kedekatan CEO Pracico Multifinance Tedy Agustiansjah dengan Vice President Pracico Syariah Djamil Hasyim makin erat setelah mereka sering bermain golf bersama. Tedy sudah mengenal Djamil sejak 1995. Lama kenal, keduanya sudah saling tahu sifat dan karakter masing-masing.
Djamil sempat mempertimbangkan penawaran Tedy untuk mengembangkan bisnis syariah bersama tak lama setelah pensiun dari Bank DKI. Ia akhirnya bersedia dan mendirikan Unit Usaha Syariah Pracico yang sudah beroperasi pada 2014.
Meski bukan seorang Muslim, Tedy menilai, keuangan konvensional lebih kaku ketimbang syariah. Pengembangan produknya pun kurang inovatif karena prosesnya hanya pinjam meminjam uang. "Saya mencari model lembaga keuangan apa yang membuka keluasan berinovasi. Saya temukan sistem keuangan Islam yang sangat adil sebagai solusi kebutuah masyarakat," ungkap Tedy kepada Republika di Jakarta, belum lama ini.
Akadnya, kata dia, memungkikan untuk berinovasi tanpa memberatkan yang membutuhkan dan adil untuk pemilik dana. Sehingga, ilmu yang sudah dimiliki pemilik usaha pembiayaan ditantang untuk dipraktikkan. "Pracico Syariah ingin unggul di sana, di bisnis syariah yang benar. Karena tujuan ekonomi syariah itu mulia. Tujuan mulia ini yang harusnya dijadikan patokan berbisnis," kata Tedy.
Semua orang, lanjut Tedy, butuh modal. Namun, keuangan Islam ingin agar para pengusaha tidak terjerat modal hasil pinjaman. Tapi, bukan berarti syariah juga tidak hati-hati. Saat ada temuan gagal bisnis karena kecurangan, urusannya pada ranah hukum karena ada penyimpangan.
Tedy dan Djamil menilai, tidak ada bankir yang benar-benar menjalankan keuangan syariah di Indonesia karena mekanisme perbankan syariah nasional masih sama dengan konvensional. Merasa satu visi dengan Djamil, mereka sepakat dan bertekad untuk mengembangkan keuangan syariah murni.
"Kami sepakat, jika tidak dicapai kesepakatan dengan klien, gunakan akad sewa (ijarah) saja yang sama-sama dimengerti. Kalau tidak mengerti skim dan risikonya, jangan coba-coba," ungkap Tedy.
Djamil juga mengakui, sudah mengenal Tedy luar dalam. Saat masih bekerja di Bank DKI, Pracico sering menjadi sponsor acara golf. "Kedekatan kami lebih dari sekadar teman, sudah seperti keluarga," kata Djamil.
Mereka makin kenal saat ada program Bank Dunia, yaitu ketika Djamil diminta menjadi pengelola dan Pracico Multifinance yang didirikan Tedy pada 1997 ditunjuk menjadi rekanan.
Djamil juga berpandangan, perbankan syariah nasional praktiknya masih sama dengan konvensional. Ini tantangan besar bersama bagaimana bisnis syariah bisa dijalankan dengan sebenarnya. "Industri keuangan syariah ini masih baru, tentu masih butuh penyempurnaan. Ini disadari pelaku industri," ungkap Djamil.
Sistem ijarah yang ditawarkan Pracico Syariah juga membuat klien yang mayoritas pemerintah daerah lebih mudah karena tak pusing mengenai pengadaan dan perawatan. Namun, dalam perjalanan, akad bisa berkembang sesuai kebutuhan dan kesepakatan para pihak.
Sistem investasi juga menawarkan potensi profit yang lebih baik dari sekadar pembiayaan dari perbankan. Sistemnya pun lebih adil karena tanggungan risiko pun bersama.
LINK:
http://bit.ly/2tR13dG
LINK:
http://bit.ly/2FRxVET
http://bit.ly/2ETxzMB
http://bit.ly/2HEsMS8
https://getcryptotab.com/529578
https://www.youblaster.com/?inv=lucky72
https://www.coinimp.com/invite/974b92ab-c5f2-498d-a742-9162a881ad37
PLEASE SUBSCRIBE:
https://youtu.be/mHoPcmVAw4g
https://youtu.be/aDbziYhhpJU
https://youtu.be/lLkp1Fj2emQ
https://youtu.be/_zuqCmCIG_o
https://youtu.be/pU-ag3bkuzE
https://youtu.be/iVDycH4d5tQ
Perusahaan ini juga enggan berkamuflase menggunakan tameng syariah. Termasuk juga, tidak meminjam uang dari lembaga keuangan dan meminjamkan lagi pada nasabah yang jelas bukan mekanisme keuangan syariah. Untuk pembiayaan pun, perusahaan sesedikit mungkin mendapat pembiayaan dari perbankan, bahkan menghindari.
Ditemui bersama sahabatnya yang menjabat sebagai Vice President Pracico Syariah, Djamil Hasyim,
Tedy Agustiansjah berbagi cerita mengenai keinginannya untuk menjalankan prinsip keuangan syariah yang benar.
Bagaimana awalnya bisa masuk pada segmen pemerintah?
Pada 1997 Pracico Multifinance dipercayai Pemerintah DKI Jakarta yang disokong Bank Dunia untuk mendukung kebersihan Ibu Kota dengan menyediakan truk sampah. Dari sana, banyak pengalaman dan relasi yang diperoleh. Setelah program Bank Dunia selesai, muncul ide untuk memiliki program serupa yang sifatnya lokal untuk mendukung program pemerintah.
Karena berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan maka armada pengangkut sampah yang tua harus diremajakan. Kontraktor armada pengangkut sampah bisa melakukan peremajaan berkala dan tepat waktu. Dari sana, mulai terbentuk pembiayaan armada pengangkut sampah mulanya.
Saat Pemerintah DKI Jakarta mulai menjalankan program Transjakarta, Pracico juga ikut terlibat dalam pengadaan unit bus. Termasuk, mengatur skema pembiayaan kepada operator Transjakarta.
Transjakarta adalah transformasi dari moda transportasi tradisional tua dan kurang tertib menjadi sistem yang lebih baik. Itulah kesempatan untuk mengembangkan bisnis unik ini, di mana tidak semua perusahaan pembiayaan paham cara berhubungan dengan pemerintah.
Pracico Multifinance menjadi pionir pembiayaan Transjakarta karena saat itu belum ada bank yang mau terlibat dalam program baru semacam ini. Apalagi, bus berbahan bakar gas yang kurang umum bagi kebanyakan kendaraan saat itu. Dari sini, usaha berkembang ke kota lain.
Bagaimana bisa terhubung dengan Bank Dunia?
Mungkin, awalnya Bank Dunia melihat Jakarta yang pengelolaan sampahnya kala itu, 1997, masih awam. Padahal, Jakarta akan berkembang pesat. Pinjaman lunak dari Bank Dunia bertujuan agar para kontraktor bisa meremajakan armada angkutan sampah sehingga sistem kebersihan kota lebih baik. Kondisi truk yang tidak bagus tidak hanya berdampak untuk lalu lintas, tapi juga kesehatan.
Setelah itu, Bank Dunia memalui Pemerintah DKI Jakarta mencari lembaga keuangan yang bisa mengeksekusi program ini. Ini lebih mudah dibanding Bank Dunia sendiri yang melakukan.
Sulitkah berhubungan dengan birokrat?
Kalau tidak punya pengalaman memang agak sulit. Tapi, karena Pracico Syariah di bawah induk Pracico Multifinance, sudah punya pengalaman dan sudah dikenal dengan spesialisasinya, hubungan dengan pemerintah jadi lebih mudah. Pengalaman 20 tahun ini membuat Pracico Multifinance banyak belajar dan sejauh ini tidak ada masalah dengan klien-klien pemerintahan.
Apa yang menarik sampai Pracico Multifinance membuat pembiayaan syariah melalui UUS Pracico Syariah?
Kami mau menjalankan Islamic banking dengan benar. Pracico Syariah tidak menjalankan utang piutang, kami tidak juga tidak berkamuflase menggunakan tameng syariah. Kami hanya akan menjalankan kaidah-kaidah syariah murni. Jika skim pembiayaan tidak cocok dengan klien, kami ajukan skim ijarah (sewa) saja yang lebih mudah dan dipahami.
Pracico Syariah tidak melakukan leasing, tapi menyediakan armada yang dibutuhkan pemerintah daerah dan menyewakannya. Saat pemerintah daerah tidak lagi berminat, kendaraan bisa dikembalikan. Pracico Syariah mempertemukan investor dengan pihak yang membutuhkan atau Pracico Syariah mendapat dana dari investor dan dana itu diinvestasikan dalam armada.
Pracico Syariah sendiri mendapat dana jasa pengelolaan. Ini mekanisme syariah yang benar dan kami pegang. Kami tidak meminjam uang dari lembaga keuangan dan meminjamkan lagi pada nasabah, itu jelas bukan mekanisme keuangan syariah.
Investor dari mana? Apa termasuk perbankan?
Investor bisa individu, korporasi, yayasan, atau yang lain. Dana investor diinvestasikan sesuai keinginan investor. Saat ada pemerintah atau satu pihak yang mengajukan pengadaan armada angkutan sampah atau transportasi masa, Pracico Syariah menawarkan pada investor. Bagi hasilnya dibicarakan dan akad dibuat sesuai kesepakatan.
Pracico Syariah sesedikit mungkin mendapat pembiayaan dari perbankan, bahkan menghindarkan. Jika perbankan mau bekerja sama dengan prinsip syariah murni, Pracico Syariah terbuka untuk itu. Tapi, kalau kembali pada pola utang piutang, kami tidak mau.
Berapa besar minimal investasi jika investor tertarik?
Tentu bukan angka kecil, sebab satu unit truk sampah dan bus ukuran sedang saja harganya saat ini masing-masing Rp 600 juta dan bus besar Rp 1,2 miliar. Dana yang disiapkan investor bergantung berapa unit kendaraan yang dibiayai. Saat ini, rata-rata investor berivestasi untuk lebih dari 10 unit kendaraan. Tapi, Pracico Syariah juga tidak menutup kemungkinan jika investasi untuk lima unit.
Bagaimana Pracico Syariah menyesuaikan dengan pola pencairan dana pemerintah yang berbeda dengan korporasi swasta?
Awal Pracico berhubungan dengan pemerintah, memang terasa tata bayarnya berbeda, tapi pasti. Sehingga, Pracico hanya tinggal mengatur keuangan sehingga cocok dengan sistem anggaran pemerintahan. Ada beberapa juga BUMN yang pembayarannya tepat waktu dan tidak terpengaruh sistem anggaran.
Pracico juga terus mengenalkan diri ke pemerintah daerah. Selain itu, BUMN dan BUMD, seperti DAMRI, PT Pos Indonesia, dan tangki operator Pertamina merupakan klien Pracico Syariah.
Ekspansi ke mana saja?
Program dengan Pemerintah Daerah Pekan Baru sudah berjalan. Sedang mengupayakan untuk bisa masuk ke Kota Padang. Pracico Syariah juga menawarkan ke Bogor, Bandung, dan Bali. Kami siap untuk kota-kota yang memerlukan bus transkota. Tidak harus baru, sifatnya tambahan armada pun Pracico Syariah membantu.
Ekspansi ke kota lain di luar Jawa dan Sumatra masih memungkinkan karena program angkutan massa yang laik ini pun didorong pemerintah pusat.
Pada 2020 diprediksi 57 persen penduduk ada di kota. Jika kota tidak siap dengan transportasi massa dan angkutan sampah, mau jadi apa kota itu? Karena itu, Pracico fokus pada infrastruktur kota untuk angkutan massa dan sampah. Karena, ini dua elemen yang sangat dibutuhkan.
Pracico Syariah muncul di tengah lesunya kondisi ekonomi nasional. Bagaimana melihat prospek ke depan?
Djamil: Terpilihnya presiden dan terbentuknya pemerintahan baru memunculkan optimisme. Dukungan perkembangan sektor keuangan, terlebih pencanangan 2015 sebagai tahun ekonomi syariah. Indonesia juga diprediksi akan menjadi negara ekonomi besar.
Dengan segala potensi ini, Pracico Syariah yakin bisa masuk dan berkembang di industri keuangan syariah. Dalam lima tahun ke depan, Pracico Syariah akan siap menjadi perusahaan sendiri setelah spin off.
Apa yang menarik dari skim syariah?
Djamil: Ini baru untuk masyarakat, sehingga belum semua paham. Tapi, ada kewajiban untuk memahamkan masyarakat menganai konsep syariah yang benar. Bicara bisnis syariah, untung dan rugi ditanggung bersama. Ada keadilan di sana. Ini yang membuat negara-negara Barat saat ini juga mulai menerapkan konsep syariah.
Memang butuh waktu untuk mengedukasi masyarakat. Ini tantangan kita bersama. Alhamdulillah, belakangan masyarakat yang tertarik begitu dijelaskan seperti apa konsep bisnis syariah.
Industri pembiayaan syariah tergolong muda, ada cara khusus mempelajarinya?
Banyak buku teks yang bisa dipelajari, tapi pengalaman sangat berpengaruh. Harus paham profil bisnis, mitigasi risiko, dan kemampuan mencari jalan keluar sehingga investor tidak dirugikan. Semua ini didapat dari pengalaman.
Djamil: Karena latar belakang pekerjaan di bank konvensional, saat masuk dan bekerja di industri keuangan syariah, memang harus belajar. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah menyiapkan aturannya. Mereka selalu berkoordinasi dengan DSN MUI. Memang butuh waktu untuk mendalami dan mengenal istilah-istilah syariah.
Tidak terlalu sulit dipelajari karena banyak kesamaan dengan konvensional. Saya juga sudah mengenal keuangan syariah saat masih bekerja di Bank DKI, menarik. Jika ada hal-hal baru yang berkembang di industri, industri punya OJK dan MUI untuk bertanya dan memberi arahan yang sesuai syariah.
Bagaimana memenuhi syarat minimal modal Rp 100 miliar untuk perusahaan pembiayaan, seperti ketetapan regulator?
Sistem syariah itu bagus karena investor yang datang bisa sebagai pemegang saham atau investor program. Dari sana, modal bisa dikumpulkan. Spirit ini tidak ada di konvensional yang pinjam uang dan meminjamkan uang. Kami mau menjalankan syariah dengan benar.
Seharusnya, tidak ada kredit macet dan kerugian total dalam keuangan syariah. Jika tidak mau lagi sewa, klien bisa kembalikan kendaraan. Kendaraan yang kembali bisa disewakan ke tempat lain. Jika sudah saatnya peremajaan, bersama investor dibicarakan akan diapakan kendaraan yang kembali atau diremajakan.
Karena itu, tidak ada kerugiaan total, hanya berkurang nilai. Jika dirawat baik dan diasuransikan, kondisi kendaraan terjaga. Ini juga bagian manajemen risiko yang dilakukan.
Kinerja hampir enam bulan 2015?
Sedang persiapan pengadaan armada bus untuk Kota Pekan Baru dan Padang, pembiayaan sudah mencapai Rp 100 miliar. Harapannya, target pembiayaan Rp 200 miliar bisa tercapai hingga akhir tahun ini. Anggaran pemerintah berbeda. Tiap tahun, kami sudah tahu mana yang harus disiapkan.
Ada rencana untuk pembiayaan usaha kecil?
Djamil: Kelak, akan ada porsi pembiayaan UKM. Sudah ada BMT-BMT yang datang, tapi masih kami diskusikan. Kami ingin saat nanti program ini berjalan dampaknya positif.
Ada BMT yang memiliki anggota dan dibina dalam kelompok-kelompok pengajian. Ada unsur pembinaan agama, sehingga mereka paham untuk tidak menyelewengkan amanah. Karena ini komunitas, mereka akan tersingkir jika tidak bisa kooperatif dengan sistem yang dibangun bersama.
Ini sudah dijalankan salah satu BMT di Tangerang dan NPF mereka tidak sampai satu persen. Jika anggotanya gagal bayar karena faktor di luar kesengajaan, anggota ini dihapuskan bebannya.
Rencana lima tahun ke depan?
Pada 2015 kami rencanakan Pracico Syariah bisa spin off. Dalam lima tahun ke depan kami menargetkan untuk melayani 15 kota yang sudah memiliki embrio moda transportasi masa bus rapid transit. Saat ini, sudah di Jakarta dan Pekan Baru, menyusul beberapa kota lain, seperti Padang, Bogor, Bali, Semarang, dan lain-lain. Dari sana, baru ada pendekatan untuk angkutan sampah. Sehingga sampah bisa lebih terorganisasi. n ed: mansyur faqih
***
Bermula dari Lapangan Golf
Kedekatan CEO Pracico Multifinance Tedy Agustiansjah dengan Vice President Pracico Syariah Djamil Hasyim makin erat setelah mereka sering bermain golf bersama. Tedy sudah mengenal Djamil sejak 1995. Lama kenal, keduanya sudah saling tahu sifat dan karakter masing-masing.
Djamil sempat mempertimbangkan penawaran Tedy untuk mengembangkan bisnis syariah bersama tak lama setelah pensiun dari Bank DKI. Ia akhirnya bersedia dan mendirikan Unit Usaha Syariah Pracico yang sudah beroperasi pada 2014.
Meski bukan seorang Muslim, Tedy menilai, keuangan konvensional lebih kaku ketimbang syariah. Pengembangan produknya pun kurang inovatif karena prosesnya hanya pinjam meminjam uang. "Saya mencari model lembaga keuangan apa yang membuka keluasan berinovasi. Saya temukan sistem keuangan Islam yang sangat adil sebagai solusi kebutuah masyarakat," ungkap Tedy kepada Republika di Jakarta, belum lama ini.
Akadnya, kata dia, memungkikan untuk berinovasi tanpa memberatkan yang membutuhkan dan adil untuk pemilik dana. Sehingga, ilmu yang sudah dimiliki pemilik usaha pembiayaan ditantang untuk dipraktikkan. "Pracico Syariah ingin unggul di sana, di bisnis syariah yang benar. Karena tujuan ekonomi syariah itu mulia. Tujuan mulia ini yang harusnya dijadikan patokan berbisnis," kata Tedy.
Semua orang, lanjut Tedy, butuh modal. Namun, keuangan Islam ingin agar para pengusaha tidak terjerat modal hasil pinjaman. Tapi, bukan berarti syariah juga tidak hati-hati. Saat ada temuan gagal bisnis karena kecurangan, urusannya pada ranah hukum karena ada penyimpangan.
Tedy dan Djamil menilai, tidak ada bankir yang benar-benar menjalankan keuangan syariah di Indonesia karena mekanisme perbankan syariah nasional masih sama dengan konvensional. Merasa satu visi dengan Djamil, mereka sepakat dan bertekad untuk mengembangkan keuangan syariah murni.
"Kami sepakat, jika tidak dicapai kesepakatan dengan klien, gunakan akad sewa (ijarah) saja yang sama-sama dimengerti. Kalau tidak mengerti skim dan risikonya, jangan coba-coba," ungkap Tedy.
Djamil juga mengakui, sudah mengenal Tedy luar dalam. Saat masih bekerja di Bank DKI, Pracico sering menjadi sponsor acara golf. "Kedekatan kami lebih dari sekadar teman, sudah seperti keluarga," kata Djamil.
Mereka makin kenal saat ada program Bank Dunia, yaitu ketika Djamil diminta menjadi pengelola dan Pracico Multifinance yang didirikan Tedy pada 1997 ditunjuk menjadi rekanan.
Djamil juga berpandangan, perbankan syariah nasional praktiknya masih sama dengan konvensional. Ini tantangan besar bersama bagaimana bisnis syariah bisa dijalankan dengan sebenarnya. "Industri keuangan syariah ini masih baru, tentu masih butuh penyempurnaan. Ini disadari pelaku industri," ungkap Djamil.
Sistem ijarah yang ditawarkan Pracico Syariah juga membuat klien yang mayoritas pemerintah daerah lebih mudah karena tak pusing mengenai pengadaan dan perawatan. Namun, dalam perjalanan, akad bisa berkembang sesuai kebutuhan dan kesepakatan para pihak.
Sistem investasi juga menawarkan potensi profit yang lebih baik dari sekadar pembiayaan dari perbankan. Sistemnya pun lebih adil karena tanggungan risiko pun bersama.
LINK:
http://bit.ly/2tR13dG
LINK:
http://bit.ly/2FRxVET
http://bit.ly/2ETxzMB
http://bit.ly/2HEsMS8
https://getcryptotab.com/529578
https://www.youblaster.com/?inv=lucky72
https://www.coinimp.com/invite/974b92ab-c5f2-498d-a742-9162a881ad37
PLEASE SUBSCRIBE:
https://youtu.be/mHoPcmVAw4g
https://youtu.be/aDbziYhhpJU
https://youtu.be/lLkp1Fj2emQ
https://youtu.be/_zuqCmCIG_o
https://youtu.be/pU-ag3bkuzE
https://youtu.be/iVDycH4d5tQ
No comments:
Post a Comment